BAB I
KONDELING SEBAGAI SATU PENGALAMAN BARU
Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interaksi
antara konselor dan konseli merupakan suatu kondisi yang membuat
konseli terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik. Disamping itu
di katakana pula bahwa pada hekekatnya konseling itu bersifat
psikologis.
Dari
hakekatnya sebagai hubungan yang bersifat membantu dan sebagai proses
psikologis, konseling memberikan pengalaman belajar yang baru kepada
seseorang (Klien).
Dalam
konseling, konselor harus mampu menciptakan interaksi konseling
sedemikian rupa sehingga pada akhirnya klien memperoleh sesuatu yang
baru yang belum pernah meraka miliki sebelumnya. Bilamana konselor gagal
dalam memberikan pengalaman baru kepada kliennya, maka itu beraarti
konseling telah gagal.
Ada enam macam pengalaman baru yang dapat diperoleh oleh klien dalam proses konseling yaitu :
- Mengenal konflik-konflik internal
- Menghadapi realitas
- Mengembangkan tilikan
- Memulai suatu hubungan yang baruS
- Meningkatnya kebebasan psikologis
- Memperbaiki konsepsi-konsepsi ysng keliru.
A. Mengenal Konflik-Konflik Internal
Melalui
konseling klien di Bantu untuk menyadari bahwa masalah psikologisnya
yang dihadapinya seungguhnya berada dalam dirinya, apa yang ada di luar
dirinya merupakan factor yang mempengaruhi, sedangkan factor yang
menentukan ada di dalam dirinya sendiri. Dengan demikian masalah-masalah
yang dibawa ke konseling sebenarnya berada dalam pribadi konseli
(Klien).
Ada
tiga macam factor-faktor internal yang menyebabkan konflik dalam diri
individu, yaitu : (1) penilaiian negative terhadap diri sendiri, (2)
keharusan psikologis, dan, (3) konflik kebutuhan.
- Penilaiaan Negatif terhadap Diri Sendiri
Bila
seseorang dihinggapi perasaan negatif terhadap dirinya, baik secara
sadar ataupun tidak, maka mereka lebih mudah terkena ancaman atau
gangguan dalam interaksinya dengan lingkungan.
- Keharusan Psikologis
Keharusan
psikologis adalah pikiran dan perasaan yang secara mutlak
“nebgharuskan” seseorang berbuat untuk menunjang perjalanan hidupnya.
Mereka yang mempunyai keharusan psikologis ini merasa bahwa hidup ini di
anggap gagal dan tidak berarti apabila tidak mencapai yang “diharuskan”
itu.
Ada empat macam keharusan psikologis, yaitu :
- Keharusan psikolgis personal
- Keharusan psikologis interpersonal
- Keharusan psikologis social
- Keharusan psikologis destruktif
- Konflik Kebutuhan
Manusia
tidak memiliki satu kebutuhan tunggal dalam hidupnya, melainkan
menghadapi sejumlah kebutuhan yang harus dipuaskan. Kebutuhan-kebutuhan
itu memiliki kekuatan yang sama untuk dipuaskan dan sering saling
bertentangan satu dengan lainhya. Keadaan ini dapat menimbulkan
ganggauan perilaku serta masalah-masalah pribadi.
B. Menghadapi Realitas
Banyak
orang menghadapi masalah dalam dirinnya karena kekurang-mampunya
menghdapi realitas. Mereka tidak mengetahui realitas yang sebenarnya,
atau mengetahui dengan salah atau keliru, atau hanya menetahui sebagiam
kecil saja.
Ada
tiga hal, yang pada umunya menjadi sebab orang kurang mampu menghadapi
realitas, yaitu (1) menghindar, (2) generalisasi berlebihan, dan (3)
menyalahkan.
C. Emengembangkan Tilikan
Ada
tiga hal yang berkenan dengan masalah kirangnya tiliksn, yaitu (1)
gambaran atau kesan palsu, (2) saringan psikologis, dan (3) kebingungan.
D. Memulai Suatu Hubungan Yang Baru
Konseling memberikan peluar kepada orang untuk memperoleh suatu jenis
hubungan baru yang mungkin belum diperoleh sebelumnya. Dalam konseling,
klien berinteraksi dengan konselor dengan serangkaiaan wawancara
konseling. Selama interaksi ini, klien akan menghayatai suatu hubungan
baru yang dapat mengembangkan keadaan pribadinya. Konselor yang efektif
adalah seorang yang sehat secara psikologis, peduli kepada orang lain
dalam konseling, memiliki pengetahuan tentang porilaku, dan memiliki
keterampilan untuk membantu orang lain. Dengan kualitas seperti itu,
klie yang berinteraksi degan konselor, akan memperoleh pengalaman baru
yang mungkin belum memperoleh sebalumnya atau dalam hubungan-hubungan
klainnya.
E. Meningkatnya Kebebasan Psikologi
Beberapa kebebasan psikologis yang dapat dikembangkan melalui konseling antara lain :
- Kebebasan untuk mengakui ketidak sempurnaan diri sendiri
- Kebebasan untuk mempertanggungjawabkan prilaku sendiri
- Kebebasan untuk mengecewakan orang lain
- Kebebasan untuk menyatakan perasaan
F. Memperbaiki Konsepsi-Konsepsi yang Kliru
Ada beberapa konsepsi-konsepsi keliru yang banyak di bawa orang ke dalam konseling, yaitu :
- Konsepsi bahwa adanya masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan
- konsepsi bahwa janji-janji tidak dapat dibatalkan, dan harus ditepati secara pasti
- Konsepsi bahwa yang dihadapi adalah korban dari situasi atau orang yang bersifat merusak
- Konsepsi abhwa apa persepsi dan interprestasi selamanya sesuai
- konsepsi bahwa orang tahu persis apa yang dilakukanny.
BAB II
KLIEN DALAM KONSELING
1. Konsep “Psychological Strength” atau daya Psikologis
Dunia
pendidikan akhir-akhir ini digoncangkan oleh fenomena yang tidak
menggembirakan. Berbagai peristiwa yang muncul dan memberikan pengaruh
pada kehidupan peserta didik dalam hal kelainan perilaku seperti
penggunaan obat terlarang, pelecehan seksual, sikap agresif, tawuran dan
lain-lain. Perilaku ini merupakan manifestasi marah terhadap diri
sendiri dan pihak lain dalam cara-cara destruktif seperti depresi,
adiksi (narkoba, minum-minuman keras, judi), salah tempat atau orang,
perilaku serampangan, pengorbanan, canggung atau kikuk, manifestasi
fisik (masalah seksual, masalah kesehatan), degradasi perilaku dan
perilaku agresif (sindiran, menjatuhkan orang lain, dan lain-lain).
Perilaku ini muncul karena kondisi psikis yang lemah yang berdampak pada
perilaku untuk mencapai pemenuhan kebutuhan, tidak memiliki kompetensi
intrapersonal dan interpersonal.
2. Pemenuhan Kebutuhan
Orang
yang mendapatkan pemenuhan kebutuhan, akan menikmati fungsi-fungsi
psikologis secara normal, terbatas dari stress dan gangguan-gangguan
lainnya. Sebaliknya orang yang pemenuhankebutuhannya dalam derajat tidak
memadai, kecenderungan akan banyak mengalami gangguan-gangguan
psikologis dan berbeda dalam rentangan fungsi psikologis yang tergolong
distress atau abnormal.
Ada beberapa amacam kebutuhan yang terkait dengan konseling, yaitu :
- Memberi dan menerika Kasih _ Sayang
- Kebebasan
- Memiliki kesenangan
- Menerima stimulasi
- Perasaan mencapai prestasi
- Memiliki harapan
- Memiliki ketenangan
- memeiliki tujuan hidup secara nyata
3. Kompetensi Intra-Pribadi
Hubungan
Intra-Pribadi berkenaan dengan kompetensi yang saling berkaitan , yaitu
: pemahaman diri, pengarahan diri, dan harga diri.
4. Pengertian Antar Pribadi
(Interpersonal Understanding) adalah keinginan untuk mengerti orang
lain. Ini adalah kemampuan untuk mendengarkan dan mengerti secara akurat
pikiran, perasaan, masalah orang lain yang tidak terucapkan atau tidak
sepenuhnya disampaikan. Kompetensi ini mengukur kompleksitas dan
kedalaman pemahaman terhadap orang lain, juga termasuk sensitivitas
antar budaya.
- Kepekaan Terhadap Diri Sendiri dan Orang lain
Kepekaan
dan kepedulian adalah nilai yang sangat penting dipunyai seseorang.
Pada nilai ini terkait banyak nilai lainnya, antara lain: kedisiplinan,
kejujuran, kerendahan hati, cinta kasih, keramahan, kebaikan hati,
kebijaksanaan, dan sebagainya. Kebahagiaan yang dialami seseorang
sebagian besar adalah hasil kepekaan dan kepedulian orang tersebut
terhadap perasaan, kesempatan, dan kebutuhan orang lain dan dunia di
sekitarnya.
Untuk
dapat bersikap peka dan peduli dibutuhkan tingkat kematangan
kepribadian tertentu. Bagi anak kecil yang masih bersifat egosentris,
yang cenderung melihat persoalan dari sudut pandang sendiri, memang
masih ditemui kesulitan. Namun, bukan berarti bahwa mereka belum perlu
belajar, karena secara perlahan-lahan mereka dapat mengerti bahwa orang
lain mempunyai sudut pandangnya masing- masing dan kepentingannya
masing-masing. Banyak anak sudah mulai dapat bersikap peka dan peduli
terhadap orang lain sejak usia sangat dini.
- Ketegasan Diri (aasertiveness)
Kita
hidup di dunia ini penuh dengan berbagai pilihan. Setiap pilihan ada
konsekuensinya. Dan diperlukan sebuah ketegasan dalam mengambil
keputusan itu. Dengan mempertimbangkan segala konsekuensi yang akan
terjadi dan dengan pengalaman yang kita miliki,seharusnya kita bisa
mengambil keputusan itu dengan bijaksana. Konsekuensinya mungkin saja
ada sesuatu yang harus dikorbankan. Namun dengan perhitungan yang cermat
tentunya kita bisa memilih mana yang memiliki resiko terkecil. Tentu
saja pilihan yang memiliki resiko terkecil itulah yang akhirnya kita
pilih. Jangan sampai pengalaman pahit yang pernah terjadi kembali
terulang. Keledai saja tidak mau terperosok ke dalam lubang yang sama
untuk yang kedua kalinya, apalagi kita sebagai manusia yang diberi akal
tentu saja tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama untuk yang kedua
kalinya.
- Menjadi Nyaman Dengan Diri Sendiri dan Orang Lian
Nyaman
dengan diri sendiri dan dengan orang lian, mempunyai makna sebagai
suatu atau kondisi psikologis yang bersifat transparan, yaitu membiarkan
diri sendiri dilihat oleh orang lain dalam keadaan tertentu.
- Menjadi Diri Yang Bebas
Setiap
orang punya pilihan dalam menjalani hidup, menginginkan yang terbaik
dalam hidupnya, kebahagiaan dan keberkahan. Mengenal diri sendiri sudah
jadi pengetahuan umum, bahwa setiap manusia itu terdiri dari tubuh fisik
dan tubuh jiwa.
- Harapan Yang realistic Terhadap Diri Sendiri dan Oarang Lain
.
Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu mengalami berbagai masalah,
kejadian, bertemu orang-orang baru, dsb. Reaksi individu terhadap
seseorang atau pun sebuah peristiwa, amat dipengaruhi oleh cara
berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah, cenderung
mempersepsi segala sesuatu dari sisi negatif. Ia tidak menyadari bahwa
dari dalam dirinya lah semua negativisme itu berasal. Pola pikir
individu yang kurang percaya diri, bercirikan antara lain:
Menekankan
keharusan-keharusan pada diri sendiri (�saya harus bisa begini...saya
harus bisa begitu�). Ketika gagal, individu tersebut merasa seluruh
hidup dan masa depannya hancur.
Sulit
menerima pujian atau pun hal-hal positif dari orang lain : ketika orang
memuji secara tulus, individu langsung merasa tidak enak dan menolak
mentah-mentah pujiannya. Ketika diberi kesempatan dan kepercayaan untuk
menerima tugas atau peran yang penting, individu tersebut langsung
menolak dengan alasan tidak pantas dan tidak layak untuk menerimanya.
Suka mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri : senang mengingat dan bahkan membesar-besarkan kesalahan yang dibuat, namun mengecilkan keberhasilan yang pernah diraih. Satu kesalahan kecil, membuat individu langsung merasa menjadi orang tidak berguna.
Suka mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri : senang mengingat dan bahkan membesar-besarkan kesalahan yang dibuat, namun mengecilkan keberhasilan yang pernah diraih. Satu kesalahan kecil, membuat individu langsung merasa menjadi orang tidak berguna.
BAB III
KONSELOR DALAM KONSELOR
Konselor
dan peneliti sependapat bahwa kepribadian seseorang konselor merupakan
factor yang paling penting dalam konseling. Kepribadian konselor
merupakan titik tumpuyang berfungsi sebagaipenyeimbang antara
pengetahuan mengenai dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik.
Kualitas kepribadian berkembang dari perpaduan yang terjadi
terus-menerus antara genetika, konstitusi, pengaruh lingkungan, dan
cara-cara unik orang dalam memadukan semua itu sehingga menjadi pribadi
yang khas. Pendidikan dan pelatihan lanjutan lebih berpengaruh pada
pertumbuhan secara kuantitatif dari kualitatif.
A. Kualitas Konselor
- Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri
Pengetahuan
diri sendiri mempunyai makna bahwa konselor mengetahui secara baik
tentang dirinya, apa yang dilakukan, mengapa melakukan itu, masalah yang
dihadapi, dan masalah klien yang terkait dengan konseling. Satu
hambatan yang sering terjadi dalam mewujudkan pengetahuan tentang diri
sendiri adalah konselor menggunakan pertahanan yang sama dilakukan oleh
klien dalam melindungi diri sendiri dari ketepatan dalam memandang
dirinya dan pekerjaannya.
- Kompetensi (Competence)
Kompetensi
mempunyai makna sebagai kualitas fisik, intelektual emosional, social,
dan moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien. Konselor
yang efektif memiliki kombinasi kompetensi pengetahuan akademik,
kualitas kepribadian, dan keterampilan mambantu. Kompetensi seorang
konselor juga membangkitkan kepercayaan klien dalam konselor. Semakin
kompeten seorang koinselor, maka konseling semakin lebih memiliki tujuan
yang spesifik dan metode pencapaiannya dengan penggunaan waktu secara
efisien.
- Kesehatan Psikologis yang Baik
Kesehatan
psikologis yang baik seorang konselor, akan mendasari pemehaman
perilaku dan keterampilan, dan pada gilirannya akan mengembangkan stu
daya yang positif dalam konseling.
- Dapat Dipercaya (trustworthhtness)
Dapat
dipercaya, mempunyai makna bahwa konselor bukan sebagai suatu ancaman
bagi klien dalam konseling akan tetapi sebagai pihak yang memberikan
rasa aman. Satu ahambatan utama dalam perwujudan dan kepercayaan
terhadap konselor adalah gangguan yang berasal dari masalah lain yang
dialamu konselor.
- Kejujuran (Honest)
Kejujuran
yang mutlak mempunyai mekna bahwa seseorang konselor harus terbuka,
otentik dan sejati dalam penempilannya. Karakteristk tersebut sangat
pernting dalam konseling, mengingat beberapa alas an berikut ini.
Pertama, transparansi atau keterbukaan memudahkan konselor dan kilennya
berinteraksi dalam suasana keakraban psikologis. Kedusa, kejujuran
memungkinkan konselor untuk memberikan umpan balik yang belum diperluas.
Ketiga, kejujuran konselor merupakan ajakan sejati kepada klien untuk
menjadi jujur. Keempat, konselor dapat menjadi model bagaimana menjadi
manusia jujur dengan cara-cara yang konstruktif.
- Kekuatan atau Daya (Strength)
Keberanian
konselor melakuakan apa yang dikatakan oleh dirinya yang paling dalam,
adapt membantu konselor dalam keseluruhan konseling. Kekuatan konselor
mempunyai peranan yang penting dalam konseling, kerena memungkinkan
klien merasa aman dalam konseling, kerena memunglinkan klien merasa aman
dalam konseling. Konselor memerlukan daya untuk mengatasi serangan dan
menipulasi klien dalam konseling.
- Kehangatan (Warmth)
Kehangatan mempunyai makna sebagai suatu kondisi yang mampu menjadi pihak yang ramah, peduli, dan dapat meghibur orang lain.
- Pendengar yang katif (Aktive Responsiveness)
Menjadi pendenganr aktif merupakan penengah antara perilaku hiperaktif yang mengganggu dengan perilaku pasif dan kebingungan.
- Kesabaran
Dalam
konseling, konselor dapat membiarkan situasi-situasi, berkembang secara
alami, tanpa memasukkan gagasan-gagasan pribadi, perasaan, atau
nilai-nilai secara premature.
- Keoekaan (Sensitivity)
Kepekaan
memunyai makna bahwa jonselor sadar akan keharusan dinamika yang timbul
dalam diri klien dan konselor sendiri. Kepekaan diri konselor sangat
penting dalam konseling, karena hal itu akan memberikan rasa aman bagi
klien dan klien akan lebih percaya diri manakala berkonsultasi dengan
konselor yang memiliki kepakaan.
B. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Oleh Konselor Pemula
Babarapa
hal yang harus diperhatikan oleh konselor pemula agar dapat berkembang
menjadi konselor yang memiliki kompetensi, antara lain :
- Kesehatan Psikologis
- Merugikan Klien
- Tanggung Jawab Konselor
- Kepedulian dan Penerimaan
- Kurang Pengalaman
- Kegagalan
- Kesulitan Tersembunyi
C. Keraifan Sebagai Satu Kualitas Kepribadian Konselor
- Pengertian Kearifan
Kearifan dapat didefinisikan sebagai satu perangkat cirri-ciri kognitif dan afektif tertentu yang secara langsung terkait pada pemilikan dan perkembangan keterampilan dan pemahaman hidup
yang diperlukan untuk kehidupan yang baik, pemenuhan, penyesuaiaan yang
efektif, dan tilikan kepada hakekat diri, orang lain, lingkungan, dan
interaksi antar pribadi.
- Kearifan Dibedakan dari Kecerdasan
Para peneliti dalam psikologi perkembangan telah membedakan antara kearifan dengan kecerdasan. Pengkajian perkembangan ini dimaksudkan untuk membantu dalam mendapatkan pemahaman yang lebih rinci tentang
kearifan. Perkembangan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kearifan
mungkin merupakan aspek yang lebih vital dari pada kecerdasan dalam
konseling efektif.
BAB IV
KOGNISI DALAM KONSELING
Kognisi
merupakan bagian intelek yang merujuk pada penerimaan, penafsiran,
pemikiran, pengingatan, penghayatan atau penciptaan, pengambilan
keputusan, dan penalaran.
A. Asumsi-asumsi yang Salah
a. Asumsi
yang salah hamper dseluruhnya dipelajari, meskipun beberapa teori
menyakini bahwa kesalahan asumsi didasari oleh predisposisi biologis.
Proses pembelajaran yang menyebabkan asumsi salah diperoleh melalui lima cara, yaitu :
1. Melalui penga;aman langsung
2. Terjadi dengan kejadian seolah-oleh mengalami sendiri
3. Pengajaran langsung
4. Logika simbolik
5. Miskonstruksi hubungan sebab akibat
Disamping
itu,, asumsi salah dapat ditimbulkan oleh kesalahan dalam berfikir.
Hal-hal berikut ini merupakan beberapa kesalahan dalam berfikir yang
menyrebabkan asumsi salah, yaitu :
1. Generalisasi berlebihan (over-generalization0
2. konsep semua atau tidak sama sekali
3. Pernyataan mutlak
4. Ketidak-akuratan semantic
5. akurasi waktu
6. Karakteristik
b. Karakteristik
Sumsi
yang salah mempunyai beberapa karakteristik dalam hal : dimensi waktu,
pola-pola, kesalahan yang mendasari, dan asumsi berbahaya dan tidak
berbahaya
Dimensi waktu Asumsi salah berkenaan dengan masa lalu, sekarang dan yang vakan dating.
Pola-pola asumsi salah
Asumsi
salah dikelompokkan kedalam kategori dalam bentuk yang berjenjang.
Misalnya asumsi bahwa untuk mencapai sukses tertentu harus diawali
dengan sukses tertentu
Hal yang mendasar kekuranga Asumsi salah selalu dapat ditelusuri ke belakang, berkenaan dengan kekurangan yang ada dalam dirinya.
Asumsi yang berbahaya dan tidak berbahaya
Semua asumsi negative selalu menimbulkan gangguan psikologis. Asumsi salah yang berbahaya dapat berupa ucapan.
c. Penolakan terhadap perubahan
Asumsi
yang salah sulit diubah karena beberapa alas an yaitu ; (1) dianggap
sebagai hal yang bersifat pribadi, (2) telah ada sejak kanak-kanak, (3)
sudah merupakan bagian integral dengan kepribadian seseorang, (4) orang
yang menghabiskan waktu seperti empat abad atau lebih.
d. Pemeliharaan
Orang memelihara asumsi salah untuk dianggap benar dalam hidup denganm cara :
- Tidak memberikan perhatian dengan selektif
- Memberikan perhatian dengan selektif
- Penghargaan yang dibuat-buat
- Meminta umpan balik
- Penguatan sebentar
- Disonansi kognitif
B. Beberapa Pertimbangan bagi Konselor
Dalam
menghadapi klien dengan kasus asumsi asalah, ada beberapa hal yang
harus dijadikan pertimbangan oleh konselor, antara lain :
- Kesabaran
- Reaksi yang tidak membantu
- Emosi
- Asumsi yang tidak di sadari
- Validitas
- Berbagai asumsi
- menyembunyikan asumsi
- Menghilangkan asumsi
- melibatkan konselor dalam masalah
- Membuktikan asumsi salah
- Kenyataan yang baru
BAB V
EMOSI DALAM KONSELING
1. Pendahuluan
Emosi
merupakan warna afektif yang menyertai setiap perilaku individu, yang
berupa perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi
situasi tertentu. Interaksi antara kognisi, emosi, dan tindakan,
mencerminkan satu system hubungan sebab akibat.
Reaksu
emosi dapat secara akurat dan berkembang tidak akurat dan
diinterpretasikan apabila tidak memahami perkembangan individu, karena
atara kognisi, emosi dan motorik merupakan suatu system yang berpengaruh
secara timbale balik.
Kata
“Emosi” berasal adari bahasa Latin “emovere”, yang artinya “Bergerak
keluar”. Maksud setiap emosi adalah untuk menggerakkan individu untuk
menuju rasa aman dan pemenuhan kebutuhannya, serta menghindari sesuatu
yang merugikan dan menghambat pemenuhan kebutuhan.
2. Sakit Hati
Rasa
sakit hati (hart) adalah pengalaman yang dialami seseorang ketika
terluka secara psikologis yang mengakibatkan gangguan mental, sehingga
menimbulkan berbagai konflik dan rasa marah
Reaksi-reaksi Konstruktif dan Destruktif
Dalam
proses konseling konselor dapat membantu klien untuk memberikan reaksi
konstruksi terhadap rasa sakit hati dalam cara-cara pertumbuhan yang
produktif. Disamping timbulnya reaksi konstruksitif, sakit hati dapat
menimbulkan reaksi-reaksi desduktif yaitu menimbulkan gangguan atau
hambatan dalam keseluruhan perilakunya.
3. Takut (Fear)
Rasa
takut timbul dari antisipasi terhadap ancaman fisik atau psikologis
spesifik. Ancaman psikologis merupakan sumber utama timbulnya rasa takut
yang dibawa pada umumnya oleh klien ke dalam konseling. Ada
empat ketakutan yang dibawa klien dalam proses konseling, yaitu (1)
Takut terhadap kedekatan (fearofintimacy), (2) Taku terhadap penolakan
(fear of refection), (3) Takut terhadap kegagalan (fear of failure), (4)
Takut terhadap kebahagiaan (fear of happiness)
4. Marah (Anger)
Banyak
orang yang telah diajarkan bahwa marah itu merupakan suatu emosi
negative, sehingga berusaha untuk menghapus atau menghindarinya.
- Penyebab dan Tujuan
Marah
disebabkan oleh dua hal, yaitu : pertama terjadi saat adanya halangan
dalam mencapai pemuasan suatu kebutuhab, dan kedua, terjadi ketika dalam
proses pemenuhan kebutuhannya mendapat hambatan dari dirinya sendiri.
Tujuan pada pihak lian adalah menggrakkan individu menimbulkan hambatan
dalam pemenuhan kebutuhan, atau memindahakan orang dari situasi di mana
kebutuhan tidak terpenuhi.
- Manifestasi Marah Terhadap Diri Sendiri
Ada babarapa manifestasi marah terhadap diri sendiri dalam cara-cara destruktif, yaitu :
1. Depresi
2. Adiksi
3. Salah tempat dan orang
4. Perilaku serampangan
5. Pengorbanan
6. Canggg atau Kikuk
7. Manifestasi fisik
8. Degradasi perilaku
- Manifestasi Marah terhadap pihak Lain
Seperti
halnya marah terhadap diri sendiri, marah terhadap pihak lian dapat
dimanifestasikan dengan cara-cara destruktif sebagai berikut :
1. Moralism
2. Hostile Talk (Sindiran)
3. Shuting Down (menjatuhkan orang lain)
4. Purposeful Ineptness (kecanggungan bertujuan)
5. Victimizing (membuat korban)
6. Ambushing (penyerangan)
7. Passivity (bersikap pasif)
8. Getting Sick (Mnejadi sakit)
- Rasa Bersalah (Guilt)
Rasa
bersalah adalah perasaan tidak nyaman/gundah atau malu pada saat
seseorang melakukan kesalahan, keburukan atau amoral. Rasa bersalah
dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan perbaikan perilaku pada saat
menghadapi suatu permasalahan di masa yang kana dating.
BAB VI
MOTIVASI KONSELING
1. Pengantar
Sebagaimana
telah dikemukakan dalam bagian terdahulu, bahwa dalam lingkup kegiatan
konseling, konselor memegang peranan yang amat penting dan strategis.
2. Konsep Motivasi
Motivasi
timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong untuk melakukan tidakan
yang terarah kepada pencapaiaan suatu tujuan. Dalam bentuk yang
sederhana, motivasi dapat digambarkan dalam kerangka :
Motif – perilaku – tujuan
Dari bentuk perwujudannya, ada beberapa bentuk perilaku defense sebagai reaksi frustasi yang disebut :
1. Sarionalisasi
2. Proyeksi
3. Kompesensi
4. Regresi
5. Menarik diri
6. Represi
7. Agresi
8. Sublimasi
9. Cemas tak berdaya
3. Teori Motivasi
Teori-teori
motivasi dapat dikategoirikan menjadi tiga kelompok, yaitu, teori
dengan pendekatan; (1) isi Content), (2) proses, (3) penguatan
- Teori jenjang Kebutuhan (A. Maslow)
Menurut
teori ini, ada lima tingkatan kebutuhan dalam diri manusia mulai dari
yang paling dasar sampai ke yang paling tinggi, yaitu kebutuhan jasmani
(biologis), kebutuhan memperoleh rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan
memperoleh harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kalmia jenis
kebutuhan itu merupakan jenjang yang saling terkait, dan mendorong
individu untuk melakukan berbagai tindakan.
- Teori Motif Berprestasi (MeCelland)
Menurut
Mecelland, pada dasarnya dalam diri setiap orang terdapat kebutuhan
untuk melakukan perbuatan dalam memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
- Teori Penguatan (Skinner)
Menurut
teori ini, kuat atau lemahnya dorongan bagi seseorang melakukan suatu
tindakan banyak tergantung pada factor-faktor yang memperkuat atau
memperlemah dari hasil tindakannya.
- Prinsip-prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan adalah antara lain :
1. Prinsip kopetensi
2. Prinsip Pemacu
3. Prinsip Ganjaran dan Hukuman
4. Kejelasan dan Kedekatan Tujuan
5. Pemahaman Hasil
6. Pengembangan Minat
7. Lingkungan yang Kondusif
BAB VII
KOMUNIKASI DALAM KONSELING
1. Pengantar
Konseling
pada dasarnya melibatkan komunikasi antara dua pihak yaitu konselor
dank lien (konseli) yang berlangsung dalam situasi konseling.
Keberhasilan lonseling sangat ditentukan oleh keefektifan komunikasi di
antara partisipasipan konseling yaitu konselor dituntut untuk mampu
berkomunikasi secara efektif untuk menunjang pelaksaan konseling.
2. Apakah kominukasi itu
Komunikasi
merupakan landasan bagi berlanggsungnya suatu konseling. Komunikasi
dapat diartikan sebagai suatu proses pemindahan informasi antara dua
orang atau lebih, dengan menggunakan symbol-simbol bersama. Komunikasi
sekurang-kurangnya melibatkan dua partisipasipan yaitu pemberi dan
penerima.
3. Keterampilan-keterampilan komunikasi
1. Keterampilah Pertama : PENGHAMPIRAN
Penghampiran (attending), merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses komunikasi yang bersifat dialogis, karena penghampran seolah-oleh merupakan pembuka pintu pertama untuk memulai suatu komunikasi dialogis.
2. Keterampilan Kedua : EMPATI
EMPATI
mempunyai makna sebagai suatu kesadiaan untuk memahami orang lain
secara paripurna baik yang nampak maupun yang tegantung khususnya dalam
aspek perasaan, pikiran, dan keinginan.
3. Keterampilan Ketiga : MERANGKUMKAN
Keterampilan
ini dinyatakan dalam bentuk pemberian respon dengan membuat rangkuman
secara tepat terhadap semua materi yang diungkapkan.
4. Keterampilan Keempat : BERTANYA
Keterampilan
bertanya merupakan keterampilan yang cukup penting dan strtegis dalam
komunikasi konseling, sebab dapat menentukan kelancaran proses
konseling.
5. Keterampilan Kelima : KEJUJURAN (Genuineness)
Dalam
komunikasi konseling, konselor selaku komunikator harus mampu
menunjukkan kajujuran dari apa yang diungkapkannya sehingga dapat
memberikan pesan secara obyektif
6. Keterampilan Keenam : ASERTIF
Asertif
adalah suatu tindakan dalam memberikan respon kepada tindakan orang
lain dalam bentuk mempertahankan hak azasi sendiri yang mendasar, tanpa
melanggar hak azasi orang lain yang mendasar.
7. Keterampilan Ketujuh : KONFRONTASI
Keterampilan
konrfontasi digunakan untuk memberikan respon terhadap psean seseorang
yang mengandung pesan ganda yang tidak sesuai atau saling bertentangan
satu dengan lainnya.
8. Keterampilan Kedelapan : PEMECAH MASALAH
Keterampilan
pemecahan masalah sangat diperlukan dalam komunikasi konseling untuk
membantu klien dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Ada tujuh tahapan yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah, yaitu :
1. Menjajagi Masalah
2. Memahami masalah
3. Membatasi masalah
4. Menjabarkan alternative
5. Mengevaluasi alternative
6. Memilih alternative terbaik
7. Menerapkan alternative
4. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi
antarpribadi merupakan komunikasi sejati dan manusiawi diantara
komunikasi lainnya. Komunikasi dengan menggunakan teknologi media pada
dasarnya hanyalah merupakan hasil upaya manusia dalam mengatasi atau
meningkatkan kemampuan atau daya jangkau terhadap sasaran yang ingin di
capai, karena masalah geografis, waktu dan biaya. Namun efektifitas
berbagai bentuk komunikasi mutakhir apapun umumnya harus ditindak
lanjuti oleh komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi memiliki
makna sendiri dan segi-segi psikologos unik, karena komunikator dan
komunikan menyaksikan reaksi langsung dari proses komunikasinya.
1. Persepsi dalam Komunikasi Antar Pribadi
Persepsi
merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai
dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti
oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan
keadaan di sekitarnya. Persepsi dipengaruhu beberapa factor antara lain :
(1) harapan individu, (2) kesan pertama, (3) kesan
kelompok, (4) derajat kesamaan perilaku orang lain, (5) konsistensi
(ketetapan) perilaku dalam barbagai situati, (6) motivasi internal dan
eksternal.
2. Menyimak dalam Komunikasi Antar Pribadi
Menyimak
merupakan ketrampilan yang sangat diperlukan dalam proses komunikasi
antar pribadi. Menyimak dapat dapat diartikan sebagai suatu aktivitas
yang diwujudkan dalam bentuk proses mengirimkan kemabali kepada
pembicara mengenai pikiran, mengenai isi dan perasaan pembicara.
Fungsi
menyimak dalam komunikasi dalam komunikasi antar pribadi adalah sebagai
bentuk memperoleh: rasa senang, infortmasi, dan bantuan. Sedangkan
maksud menyimak adalah untuk: (1) membuat pendengar mengecek pemahaman
secara tepat, (2) menyatakan penerimaan perasaan pembicara, (3)
merangsang pembicara agar memperluas perasaan dan pikiran, (4)
memberitahukan kepada pembicara mengenai reaksi pendengar, (5)
memberikan bimbingan kepada pembicara untuk menyesuaikan isi
pesan-pesannya.
Menyimak yang efektif dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
1. Berhenti bicara
2. Tempatkan pembicara dengan mudah
3. Bereaksi secara baik
4. Konsentrasi pada apa yang sedang dibicarakan
5. Jangan terlalu tergesa-gesa memberikan tafsiran
6. Berbagi tangguing jawab dalam komunkasi
7. Ungkapan dengan cara yang benar
8. Menyatakan pemahaman
9. Mengajukan pernyataan
10. Bersikap secara baik seperti: bersahabat, sopan, terbuka, sensitif, dsb.
3. Keefektifan Komunikasi Antar Pribadi
Keefektifan komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Keterbukaan, yaitu kesediaan membuka diri, mereaksi kepada orang lain, merasakan pikiran dan perasaan orang lain
2. Empati, yaitu menghayati perasaan orang lain
3. Mendukung, yaitu kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang yang bersifat mendukung
4. Positif
5. Keseimbangan
6. Percaya diri
7. Kesegaran
8. Menajeman interaksi
9. Pengungkapan
10. Orientasi kepada orang lain
5. Membuka Diri
Membuka
diri merupakan tindakan dengan menunjukkan diri sendiri, sehingga
membuat orang lain menjadi mengenal diri sendiri. Suatu tindakan dapat
disebut membuka diri apabila memiliki karakteristik : (1) diri sendiri
sebagai isi, (2) disengaja, (3) diarahkan kepada orang lain. (4) jujur,
(5) membuka pikiran, (6) berisi informasi yang tidak terdapat dalam
sumber lain, dan (7) berlangsung dalan suasana keakraban.
6. Perilaku Komunikasi Non-Verbal
keterampilan
komunikasi nonverbal atas empat keterampilan yakni perilaku komunikasi
nonverbal mengggunakan waktu terdiri atas mengenali waktu dan prioritas
waktu; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan tubuh terdiri atas
kontak mata, mata, kulit, postur tubuh, ekspresi wajah, tangan dan
pergerakan lengan, perilaku diri, pengulangan perilaku, sinyal atau
aba-aba, menarik perhatian; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan
media suara terdiri atas nada suara, kecepatan berbicara, kerasnya
suara, gaya berbicara; dan perilaku komunikasi nonverbal menggunakan
lingkungan terdiri atas pengaturan jarak, pengaturan seting fisik,
terkesan mahal berlawanan dengan kesan jorok terdiri atas pakaian yang
digunakan dan posisi dalam ruangan konseling.
BAB VIII
TEKNIK DALAM KONSELING
1. Persiapan untuk konseling
1. Kesiapan untuk konseling
Kesiapan
merupakan suatu kondisi yang harus dipenuhi sebelum kliem mambuat
hubungan konseling. Kesiapan klien untuk konseling ini ditentukan
berbagai beberapa factor, yaitu : (1) motivasi untuk memperoleh bantuan,
(2) pengetahuan klien tentang konseling, (3) kecakapan intelektual, (4)
tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri, (5)
harapan-harapan terhadap peranan konselor, (6) system pertahanan
dirinya.
- Metode Penyiapan Klien
Penyiapan klien
(a) Orientasi pra konseling
(b) teknik survey terhadap masalah klien;
(c) memberikan informasi pada klien;
(d) pembicaraan dengan berbagai topik;
(e) menghubungi sumber-sumber referal.
- Psikodiagnosis
Diaknosis
psikologis secara umum berarti pernyataan tentang masalah klien,
perkiraan sebab-sebab kesulitan, kemungkinan teknik-teknik konseling
untuk memecahkan masalah, dan memperkirakan hasil, konseling dalam bentuk tingkah laku klien di masa yang akan datang.
2. Teknik-teknik hubungan
- Teknik Repport
“En rapport” mempunyai makna sebagai suatu konsdisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama
- Refleksi Perasaan
Refleksi
perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk
kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu)
- Teknik-teknik Penerimaan
Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa diterima dalam proses konseling.
- Teknik Menstrukturkn
Yang
dimaksud dengan teknik structuring atau menstrukturkan adalah proses
penetapan batasan oleh konselor tentang hakekat, batas-batas dan tujuan
proses konseling pada umumnya, dan hubungan tertentu pada khususnya.
- Diam Sebagai suatu Teknik
Diam dapat mempunyai barbagai makna antara lian ;
(a) penolakan atau kebingungan klien
(b) klien atau konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu-ragu mengatakan apa selanjutnya
(c) kebingungan yang didorong oleh kecemasan atau kebencian
(d) klien sedang memikirkan apa yang dikatakan
- Teknik-teknik Memimpin
Istilah
memimpin dalam proses konaseling mempunyai dua arti. Pertama,
menunjukkan keadaan di mana konselor berada didepan atau disamping
pikiran klien. Kedua,keadaan dimana konselor mengarahkan pemikiran klien
kepada penerimaan kerkataan konselor.
- Memberikan Jaminan
Hakekak memberikan jaminan ini adalah semacam pemberian ganjaran di masa yang akan dating.
- Ketrampilan Mengakhiri
Katerampilan mengakhiri wawancara konseling merupakan teknik hubungan dalam proses konseling.
3. Masalah-masalah Khusus Tentang hubungan
- Pemindahan
Secara
psikoanalisa pemindahan merupakan salah satu proses di mana sikap klien
sebelumnya dinyatakan kepada orang lain atau secara tidak sadar
diproyeksikan kepada konselor.
- pemindahan Balik
pemindahan balik merupakan reaksi emosional dan proyeksi konselor terhadap klien, baik yang disadari maupun tidak disadari.
- Resistensi atau Penolakan
Resistensi merupakan suatu karakteristik system pertahanan klien yang berlawanan dengan tujuan konseling atau terapi.
4. Teknik-teknik Interpretasi
- Hakekat Interpretasi
Interpretasi, dapat diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti kepada klien.
- Taknik Interpretasi
Tahap-tahap Interpretasi
1) Refleksi perasaan
2) Klarifikasi
3) Refleksi
4) Konfrontasi
5) Interpretasi
- Tipe-tipe Interpretasi
Karl
Menninger memberikan deskripsi mengenai berbagai tipe interpretasi
berdasarkan urutan waktu dalam psikotrapi. Tipe-tipe tersebut adalah :
1) Interpretasi persiapan
2) interpretasi riil (isi)
3) Interpretasi resistensi
4) Interpretasi pemindahan
5) Interpretasi ulangan
- Metode Interpretasi
Adapun metode-metode umum interpretasi adalah ;
a) Pendekatan tentative
b) Asosiasi bebes
c) Interpretasi dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang lunak atau halus
d) Pertanyaan-pertanyaan interpretasi
5. Penggunaan Nasihat, Informasi dan Tes
- Naihat dalam Konseling
Nasihat
merupakan bentuk psikoterapi dan konseling yang paling tua, dan
tujuannya adalah untuk mengalihkan sikap dan perilaku klien
- Tes dan Observasi dalam Konseling
Bagi
konselor tes membantu dalam menelaah dan mendianogsa karakteristik dan
masalah kepribadian klien dengan tujuan untuk memberi informasi yang
berguna tentang kepribadiannya sendiri. Ada
tiga fungsi penggunaan tes dalam konseling yaitu : (1) sebagai alat
diagnostic, (2) menemukan minat dan nilai, dan (3) membuat prediksi
tingkah laku.
- Prinsip-prinsip Penggunaan Tes dalam Konseling
Dalam menggunakan tes untuk psoses konseling hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Mengetahui tes secara menyeluruh
2. Penjajangan terhadap alas an klien menginginkan tes dan pengalaman klien dalam tes-tes yang pernah dialaminya.
3. Perlu pengaturan pertemuan inpretasi tes agar klien siap untuk menerima informasi
4. Arti skor tes harus dibuat secepatnya dalam diskusi
5. Kerangka acuan hasil tes hendaknya dibuat dengan jelas
6. Hasil tes selalu terjabarkan
BAB IX
MANAJEMEN RUANG DAN WAKTU UNTUK KONSELING
Apakah
manajeman ruang? Mengapa manajemen ruang diperlukan dalam upaya
meningkatkan motivasi dan produktifitas klien dalam konseling. Manajen
ruang diartikan sebagai suatu upaya untuk menyelaraskan antara keadaan
pribadi individu dengan ruang tempat ia berada dalam mencapai
perkembangan optimal.
1. Ruang Fisik
Ruang
fisik adalah unsur lingkungan fisik yang langsung atau tidak langsung
berinteraksi dan mempengaruhi perilaku individu. Adapun unsure-unsur
ruang fisik yang perlu dikelole secara efektif adalah antara lain :
- Tata letak
- Iluminasi (penerangan)
- Atmosfir
- Warna
- Suara
- Kebersihan dan Estetika
- Kesadaran dan Kepadatan
2. Ruang Pribadi/Sosial
Ruang
pribadi/social adalah suatu ruang psikologis yang dipersepsi dan
dihayati oleh seorang individu dalam kaitan interaksi dengan individu
lain. Ada tiga unsur yang termasuk ruang pribadi/social ini yaitu :
- Teritorialitas
Teritorialitas
adalah persepsi seorang individu terhadap kawasan wilayah psikologis,
yang diakui sebagai miliknya untuk mewujudkan kedaulatan pribadinya.
- Privacy
Privacy adalah suatu persepsi dan penghayatan individu terhadap jaminan keamanan dirinya pribadi.
- Zona Pribadi
Zona
pribadi persepsi individu ruang tetang jarak antara pribadi dengan
pihak lian dalam berinteraksi. Dilihat dari jauh dekatnya jarak, ada
empat tingkatanm zona pribadi yaitu :
(1) Zona intim
(2) Zona personal
(3) Zona sosial
(4) Zona umum
3. Ruang Waktu
Pada
dasarnya, waktu adalah ruang hidup manusia di mana di dalamnya mereka
berperilaku. Waktu merupakan unsure yang ikut mempengaruhi perilaku
individu dalam lingkungan kerja. Oleh karena itu individu harus mampu
mengelola waktu secara efektif sehingga dapat bekerja secara produktif
dalam suasana yang nyaman. Ruang waktu ini adalah mencakup pengaturan
waktu, jadual kerja, dan pengaturan istirahat. Bagaimana mengelola waktu
dengan seefektif mungkin, disebut sebagai manajeman waktu.
Manajeman
waktu dalam konseling merupakan suatu tindakan dalam memanfaatkan dan
mengendalikan waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga mencapai hasil
seoptimal mungkin.
Dalam
upaya mengembangkan keterampilan manajeman waktu, hl mendasar yang
harus dikuasai oleh konselor ialah memaham,I pola-pola perilaku dan
sikap spesifik yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan sehari-hari
dengan kegiatan pada umumnya. Adapun pola-pola perilaku dan sikap yang
biasanya erat kaitannya dengan manajeman waktu antara lian :
1. Pemberikan prioritas terhadap tugas yang harus dikerjakan
2. Pendelegensia tanggung jawab
3. Menggunakan kalenderdalam menata komitmen
4. Mengurai tugas-tugas yang tidak perlu/penting
5. Kecakapan menghindari penundaan
BAB X
“WELLNESS”: KONSEP KESEHATAN MENTAL DALAM KONSELING
Secara
bebas “wellness” dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi
“kesehatan”, “keunggulan”, “kesempurnaan”, “paripurna”, atau “kebaikan”,
akan tetapi dilihat dari makna konseptualnya terjemahan tersebut
dirasakan kurang tepat. “Wellness” merupakan suatu kondisi yang lebih
luas dan menyeluruh dibandingkan dengan konsep “sehat” atau “baik”.
Dalam pengetian “wellness”, kondisinya tidak hanya sehat jasmani atau
mental, akan tetapi kepribadian secara keseluruhan sebagai suatu
refleksi dengan dunia luar. Dengan demikian, “wellness” merupakan konsep
“sehat” yang bersifat multi dimensional.
Nicholas dan Goble (1989) mengemukakan system model “wellness” yang dimultidimensional menekankan empat prinsip yaitu :
1. Sehat itu multidimensial
2. Sehat itu variable/dinamis dan tidak statis
3. Sehat itu mengatur sendiri dalam setiap dimensi kehidupan
4. Sehat itu mengatur sendiri antar dimensi kehidupan
Archer,
Probert dean Gage (1987) mendefinisikan “wellness” sebagai proses dan
keadaan suatu pencapaiaan fungsi-fungsi manusiawi secara maksimum yang
mencakup aspek-aspek badan, jiwa, dan kesadaran.
Spritualitas, merupakan tugas hidup pertama dan yang paling inti dan sentyral dalam kebutuhan “wellness”.
Tugas
hidup yang kedua adalah regulasi diri, yaitu tuugas-tugas untuk
mengatur diri sendiri agar mampu hidup secara baik dan sehat.
Tugas
hidup yang ketiga adalah pekerjaan. Pekerjaan sebagai tugas hidup,
diharapkan dimiliki oleh setuiap orang dalam menunjang kelangsungan
hidupnya secara sehat.
Tugas
hidup yang keempat adalah persahabatan, yaitu hubungan social antara
individu dalam masyarakat yang berdasarkan komitmen satu dengan yang
lain atas dasar keakraban dan saling pengertian.
Selanjutnya
“wellness” dikembangkan dengan tugas hidup yang leima, yaitu “cinta”,
dimana kesehatan kita diasuh dalam hubungan pernikahan atau hubungan
emosional yang intim melalui kepercayaan, pemeliharaan, dan kerjasama.
Tugas-tugas
jidup itu diharapkan dengan berbagai tantangan dalam berbagai dimensi
kehidupan yang me;iputi: keluarga, agama, pendidikan, masyarakat, media,
pemerintaha/politik, dan dunia usaha/industri. Ketujuh dimensi tersebut
masing-masing memberikan tantangan dan tuntutan
bagi individu untuk mampu melaksanakan tugas-tugas hidup secara tepat
dan bermakna agar dapat mewujudkan keseimbangan sehingga mencapai
“wellness”